BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebelum
di angkat menjadi Rasul, Muhammad tidak mengetahui apa yang di maksud dengan
Al-Kitab dan apa yang di maksud dengan Al-Imam. Diwaktu umur 40 tahun, Muhammad
di angkat menjadi Rasul dan di turunkan wahyu kepadanya. Karena dalam usia itu
manusia mencapai kematangan berfikir, ketenangan hati, dan kemantapan hati,
serta telah mempunyai pengalaman luas.
Sesudah
kita mengetahui umur Nabi di waktu turun wahyu pertama, dapatlah kita dengan
berangsur-angsur mengikuti masa-masa turunnya Al-Qur’an, marhalah demi
marhalah.
Para
Orientalis sengaja memunculkan keraguan tentang umur Nabi ini, supaya
perkembangan dakwah Islamiyah di Mekkah tidak dapat di ketahui dengan pasti dan
untuk meremehkan pengetahuan-pengetahuan yang berpautan dengan
marhalah-marhalah wahyu yang terus menerus turun di Mekah dan kemudian terus menerus
turun di Madinah.
Sebenarnya
kita lebih memperhatikan dan mengetahui mana ayat-ayat yang termasuk Makkiyah
dan mana yang termasuk Madaniyah, serta mengetahui ayat-ayat yang turun di
Makkah tapi di hukumi Madaniyah, dan ayat yang turun di Madinah tai di hukumi
Makkiyah. Serta mengetahui ayat yang mempunyai cirri-ciri mirip Makkiyah dan
Madaniyah.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
definisi Makkiyah dan Madaniyah?
2.
Bagaimana
cara mengetahui surat Makkiyah dan Madaniyah?
3.
Apa
perbedaan surat Makkiyah dan surat Madaniyah?
4.
Apa
kegunaan ilmu Makkiyah dan Madaniyah?
5.
Bagaimana
perhatian para Ulama’ terhadap ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah?
1.3 Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui
definisi Makkiyah dan Madaniyah
2.
Mengetahui
cara-cara menentukan antara Makkiyah dan Madaniyah
3.
Mengetahui
perbedaan antara surat Makkiyah dan Madaniyah
4.
Mengetahui
kegunaan ilmu Makkiyah dan Madaniyah
5.
Mengetahui
perhatian para Ulama’ terhadap ayay-ayat Makkiyah dan Madaniyah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ilmu Makkiyah dan Madaniyah
Ilmu al Makky wa al Madany di definisikan sebagai ilmu
yang membahas klasifikasi surat-surat dan ayat-ayat yang di turunkan di Makkah
dan Madinah. Di kalangan ulama terdapat beberapa
pendapat tentang dasar (kriteria) untuk menentukan makkiyah atau madaniah suatu
surat atau ayat.[1]
Sebagian
ulama menetapkan lokasi turun ayat / surat sebagai dasar penentuan makkiyah dan
madaniah sebagai berikut :makkiyah ialah surat atau ayat yang di
turunkan di Mekah sekalipun sesudah hijrah, sedangkan Madaniyah ialah
surat atau ayat yang di turunkan di Madinah . Definisi ini ada kelemahannya
(tidak jamik dan manik), karena hanya mencakup semua ayat dan surat yang turun
di daerah Mekah dan surat yang turun di daerah Madinah. Tetapi definisi
tersebut tidak bisa mencakup surat atau ayat yang turun di luar daerah Mekkah
dan Madinah. Misalnya surat At-Taubah ayat 43 dan surat Al-Zuhruf ayat 45.
Ada
pula ulama yang menyatakan orang (golongan) yang menjadi sasaran ayat / surat sebagai kriteria
penantuan makkiyah dan madaniah. Mereka mendefinisikan makkiyah ialah
surat atau ayat yang khitabnya (seruannya) jatuh pada masyarakat Mekah,
sedangkan Madaniyah ialah surat atau ayat yang khitabnya (seruannya)
jatuh pada penduduk Madinah. Definisi ini di maksutkan bahwa ayat/surat yang di
mulai dengan ya ayyuhannasu adalah
makkiyah karena penduduk Mekah waktu umum nya masih kafir.
Ada
pula ulama yang menetapkan, bahwa masa turun ayat/surat adalah merupakan dasar penentuan makkiyah dan
madaniyah, maka mereka mendefinisikan Makkiyah adalah ayat/surat yang diturunkan
sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunya di luar Makah Sedangkan Madaniyah adalah surat atau ayat yang
di turunkan sesudah Nabi hijrah, meskipun turunnya di Mekkah.[2]
Definisi terahir inilah yang termasyhur (popular), karena mengandung bagian
pembagian Makkiyah dan Madaniyah secara tepat.
Kendati
definisi terahir ini di pandang paling sahih, namun secara objektif harus di akui bahwa ketiga definisi ini
mengandung tiga unsur yang sama : masa, lokasi dan sasaran ayat atau surat yang
di turunkan. Bahkan mengandung unsur yang keempat, yakni topik (al maudhu’).
2.2
Cara-cara Mengetahui Surat Makkiyah dan Madaniyah
Untuk membedakan antara surat Makkiyah dan
Madaniyah dapat kita tentukan cirri-ciri yang khas untuk surat Makkiyah dan
Madaniyah.
1.
Ciri khas surat
Makkiyah
Sesuai
dengan dhabit qiasi yang telah di tetapkan, maka ciri khas surat makkiyah ada
dua macam, yaitu:
a.
Ciri yang
bersifat qath’i.
b.
Ciri yang
bersifat aghlabi.
Ada
6 ciri yang bersifat qath’i bagi surat makkiyah
a. Setiap
surat yang terdapat ayat sajdah di dalamnya, adalah surat makkiyah. Sebagian ulama mengatakan, bahwa jumlah
ayat sajdah ada 16 ayat.
b.
Setiap surat
yang di dalamnya terdapat lafal “kalla”, adalah makkiyah
c. Setiap
surat yang terdapat di dalamnya lafal ya
ayyuhannasu dan tidak ada ya
ayyuhalladhinaamanu adalah makkiyah, kecuali surat al-hajj
d. Setiap
surat yang terdapat kisah-kisah para Nabi dan umat manusia yang terdahulu,
adalah makkiyah kecuali surat al-Baqarah
e. Setiap
surat yang terdapat di dalamnya kisah Nabi Adam dan iblis adalah makkiyah,
kecuali surat al-Baqarah
f. Setiap
surat yang di mulai dengan huruf tahajji (huruf abjad) adalah makkiyah, kecuali
surat Al-Baqarah dan Al-Imran
Tentang
surat al-Ra’dhu masih di permasalahkan, tetapi menurut pendapat yang lebih
kuat, bahwa surar al-Ra’dhu itu makkiyah karena melihat gaya bahasa dan kandungannya.
Ada
5 ciri surat makkiyah yang bersifat aghlabi, yaitu:
a.
Ayat-ayat
dan surat-suratnya pendek (ijaz), dan nada perkataannya keras dan agak
beranjak.
b.
Mengandung
seruan untuk beriman kepada Allah dan hari Kiamat dan menggambarkan keadaan
surge dan neraka.
c.
Mengajak
manusia untuk berahlak yang mulia dan berjalan di atas jalan yang baik (benar).
d.
Membantah
orang-orang muyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan kepercayaan dan
perbuatannya.
e.
Terdapat
banyak lafal sumpah
2.
Ciri khas surat
Madaniyah
Ciri-ciri
khas yang membedakan antara surat madaniyah dan Makkiyah ada yang bersifat
qath’I dan ada yang bersifat aghlabi
Ciri-ciri
yang bersifat qath’I bagi surat Madaniyah antara lain :
a.
Setiap
yang mengandung ijin berijtihad
(berperang ) menyebut hal perang dan menjelaskan hokum-hukumnya, adalah
Madaniyah
b.
Setiap
surat yang memuat penjelasan secara rinci tentang hokum pidana,
faraid(warisan), hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
perdata (civil), kemasyarakatan dan kenegaraaan adalah Madaniyah
c.
Setiap
surat yang menyinggung hal ikhwal orang-orang munafik adalah Madaniyah, kecuali
al-Ankabut yang di turunkan di Mekkah . hanya sebelas ayat yang pertama dari surat al-Ankabut ini
adalah Madaniyah, dan ayat-ayat tersebut
menjelaskan perihal orang-orang munafik.
d.
Setiap
surat yang membutuhkan
kepercayaan/pendirian /tata cara keagamaan ahlul kitab (Kristen dan yahudi)
yang di pandang salah, dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam
menjalankan agamanya, adalah Madaniyah. Seperti surat Al-Baqarah, Ali Imran,
al-Nisa’, al-Maidah dan al-Taubat.
Adapun
ciri-ciri khas yang bersifat aghlabi bagi Madaniyah antara lain:
a. Sebagian suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun
panjang-panjang (Ithnab) dan gaya bahasanya cukup jelas di dalam
menerangkan hukum-hukum agama.
b. Menerangkan secara rinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang
menunjukkan hakikat-hakikat keagamaan.[3]
2.3 Manfaat Ilmu Makkiy dan Madany
a.
Untuk
di jadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur’an, sebab pengetahuan mengenai
tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya
dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian
umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penfsir dapat
membedakan antara ayat yang nasikh dan yang mansukhbila di antara kedua ayat
tersebut terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan
nasikh atas yang terdahulu.
b.
Meresapi
gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan
Allah, sebab setiap situasi mempunyai gaya bahasa sendiri. Memperhatikan apa
yang di kehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus dalam ilmu
retorika. Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani dalam Qur’an pun
memberikan kepada orng yang mempelajarinnyasebuah metode dalam penyampaiyan
dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kewajiban lawan berbicara dan
menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinnya
dengan penuh kebijaksanaan. Serta tahapan dakwah mempunyai topic dan pola
penyampaian tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda, sesuai perbedaan
tata cara keyakinan dan kondisi lingkungan. Hal yang demikian Nampak jelas
dalam berbagai cara Qur’an menyeru berbagai golongan; orang yang beriman, yang
musyrik, yang munafik dan Ahli Kitab.
c.
Mengetahui
sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an sebab turunnya wahyu kepada
Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwa, baik pada
periode Makkah atau periode Madinah, sejak pemulaan turun wahyu hingga ayat
terahir di turunkan. Qur’an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah.
Peri hidup beliau di riwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Qur’an ; dan
Qur’an pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka
riwayatkan.[4]
2.4 Perbedaan Makkiyah dan
Madaniyah
Untuk
membedakan Makkiyah dan Madaniyah, para ulama mempunyai tiga macam pandangan
yang masing-masing mempunyai dasar sendiri.
1.
Dari
segi turunnya. Makkiyah adalah yang di turunkan sebelum Hijrah meskipun bukan
di Makkah. Sedangkan Madaniyah adalah yang di turunkan sesudah hijrah sekalipun
bukan di Madinah. Yang di turunkan sesudah hijrah sekalipun di Makkah dan
Arafah, adalah Madani, seperti yang di turunkan pada tahun penaklukan kota
Makkah
2.
Dari
segi tempat turunnya. Makkiyah ialah yang turun di Makkah dan sekitarnnya
seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Dan Madaniyah adalah yang turun di
Madinah dan sekitarnnya, seprti Uhud, Quba, dan Sil. Namun pendapat ini
berkonsekuensi tidak adanya pengecualian secara spesifik dan batasan yang
jelas. Sebab, yang turun dalam perjalanan, seperti di Tabuk atau Baitul Makdis,
tidak termasuk kedalam salah satu bagiannya, sehingga statusnya ytidak jelas,
Makkiyah atau Madaniyah. Akibatnya yang di turunkan di Makkah walaupun sesudah
hijrah, tetep di sebut Makkiyah.
3.
Dari
segi sasarannya. mendefinisikan
Makkiyah ialah surat atau ayat yang khitabnya (seruannya) jatuh pada masyarakat
Mekah, sedangkan Madaniyah ialah surat atau ayat yang khitabnya
(seruannya) jatuh pada penduduk Madinah . berdasarkan pendapat ini para pendukungnya
menyatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang mengandung seruan “ ya ayyuhan-nas” (wahai
manusia) adalah Makkiyah. Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya
ayyuha-ladzina amanu” (wahai orang-orang yang beriman ) adalah Madaniyah.
Namun kalau di teliti
dengan seksama ternyata kebanyakan kandungan Al-Qur’an tidak selalu di buka
dengan salah satu seruan itu. Penetapan ini tidak konsisten. Misalnya surat
Al-Baqarah ayat 21 dan An-Nisa itu di sebut Madaniyah tetapi di dalamnya
terdapat ayat yang awalnya berbunyi , “ ya ayyuhan-nas” .[5]
2.5
Perhatian Para Ulama’ Terhadap Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama antusias
untuk menyelidiki surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Mereka meneliti Al-Qur’an
ayat demi ayat dan surat demi suratuntuk ditertibkan sesuai dengan turunnya
dengan memperhatikan waktu, tempat, dan pola kalimat.
a. Ayat-ayat
Makkiyah dalam surat-surat Madaniyah
Dengan menamakan sebuah
surat itu Makkiyah atau Madaniyah bukan berarti bahwa surat tersebut seluruhnya
adalah Makkiyah atau Madaniyah. Sebab didalam surat Makkiyah terkadang terdapat
ayat-ayat Madaniyah dan didalam surat Madaniyah terkadang terdapat ayat-ayat
Makkiyah.
Diantara sekian contoh
ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah ialah surat Al-Anfal. Surat Al-Anfal
adalah Madaniyah tetapi banyak ulama mengecualikan ayat,
øÎ)ur ãä3ôJt y7Î/ z`Ï%©!$# (#rãxÿx. x8qçGÎ6ø[ãÏ9 ÷rr& x8qè=çGø)t ÷rr& x8qã_Ìøä 4 tbrãä3ôJtur ãä3ôJtur ª!$# ( ª!$#ur çöyz tûïÌÅ6»yJø9$# ÇÌÉÈ
30. Dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.
b. Ayat-ayat Madaniyah
dalam surat Makkiyah
Misalnya surat
Al-An’am. Ibnu Abbas berkata, “Surat ini diturunkan sekaligus di Makkah, maka
ia adalah Makkiyah, kecuali 3 ayat yang diturunkan di Madinah, yaitu ayat
151-153,
* ö@è% (#öqs9$yès? ã@ø?r& $tB tP§ym öNà6/u öNà6øn=tæ ( wr& (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ( wur (#þqè=çFø)s? Nà2y»s9÷rr& ïÆÏiB 9,»n=øBÎ) ( ß`ós¯R öNà6è%ãötR öNèd$Î)ur ( wur (#qç/tø)s? |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $yg÷YÏB $tBur ÆsÜt/ ( wur (#qè=çGø)s? [øÿ¨Z9$# ÓÉL©9$# tP§ym ª!$# wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ö/ä3Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ ÷/ä3ª=yès9 tbqè=É)÷ès? ÇÊÎÊÈ wur (#qç/tø)s? tA$tB ÉOÏKuø9$# wÎ) ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4Ó®Lym x÷è=ö7t ¼çn£ä©r& ( (#qèù÷rr&ur @øx6ø9$# tb#uÏJø9$#ur ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( w ß#Ïk=s3çR $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr ( #sÎ)ur óOçFù=è% (#qä9Ïôã$$sù öqs9ur tb%2 #s 4n1öè% ( ÏôgyèÎ/ur «!$# (#qèù÷rr& 4 öNà6Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ ÷/ä3ª=yès9 crã©.xs? ÇÊÎËÈ ¨br&ur #x»yd ÏÛºuÅÀ $VJÉ)tGó¡ãB çnqãèÎ7¨?$$sù ( wur (#qãèÎ7Fs? @ç6¡9$# s-§xÿtGsù öNä3Î/ `tã ¾Ï&Î#Î7y 4 öNä3Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ öNà6¯=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÎÌÈ
151. Katakanlah:
"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena takut
kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian
itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
152. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. kami tidak memikulkan beban
kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,
Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan
penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.
153. Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah
jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya.
yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
c.
Yang diturunkan di Makkah namun hukumnya Madaniyah
Mereka
member contoh dengan firman Allah surat Al-Hujurat ayat 13
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
13. Hai manusia,
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.
Ayat ini diturunkan di
Makkah pada hari penaklukan kota Makkah, tetapi sebenarnya Madaniyah karena
diturunkan setelah hijrah.
d.
Ayat yang diturunkan di Madinah tetapi hukumnya Makkiyah
mereka member contoh
dengan surat Al-Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi
tempat turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk
Makkah.
e. Yang serupa dengan
yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madaniyah
Yang dimaksud para
ulama disini, ialah ayat-ayat yang terdapat dalam surat Madaniyah tetapi
mempunyai gaya bahasa dan cirri-ciri umum yang sepertisurat Makkiyah.
Contohnya, adalah firman Allah dalam surat Al-Anfal yang Madaniyah,
øÎ)ur (#qä9$s% ¢Oßg¯=9$# bÎ) c%x. #x»yd uqèd ¨,ysø9$# ô`ÏB x8ÏZÏã öÏÜøBr'sù $uZøn=tã Zou$yfÏm z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# Írr& $oYÏKø$# A>#xyèÎ/ 5OÏ9r& ÇÌËÈ
32. Dan (ingatlah),
ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al
Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah kami dengan batu
dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih".
Hal ini dikarenakan
permintaan kaum musyrikin untuk disegerakan adzab adalah di Makkah.
f. Yang serupa dengan
yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah
Yang dimaksud dengan
para ulama ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka member contoh dalam
surat An-Najm ayat 32
tûïÏ%©!$# tbqç7Ï^tGøgs uȵ¯»t6x. ÉOøOM}$# |·Ïmºuqxÿø9$#ur wÎ) zNuH©>9$# 4 ¨bÎ) y7/u ßìźur ÍotÏÿøóyJø9$# 4 uqèd ÞOn=÷ær& ö/ä3Î/ øÎ) /ä.r't±Sr& ÆÏiB ÇÚöF{$# øÎ)ur óOçFRr& ×p¨ZÅ_r& Îû ÈbqäÜç/ öNä3ÏG»yg¨Bé& ( xsù (#þq.tè? öNä3|¡àÿRr& ( uqèd ÞOn=÷ær& Ç`yJÎ/ #s+¨?$# ÇÌËÈ
32. (yaitu) orang-orang
yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. dan dia
lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika dia menjadikan kamu dari tanah dan
ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
Dosa-dosa besar ialah
setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil
ialah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sementara itu,
di Makkah belum ada sanksi dan yang serupa dengannya.
BAB III
PEMBAHASAN
Kita sangat memerlukan ilmu yang berpautan dengan Makky dengan
Madany karena surat-surat yang terdapat dalam Al-Qur’an adakala Makkiyah dan
adakala Madaniyah. Dan adakala ayat-ayat dari surat Makkiyah yang turun di
Madinah, sebagaimana ada ayat-ayat dari surat Madaniyah yang turun di Mekah,
sebagaimana pula setiap ayat dalam Al-Qur’an mempunyai cirri-ciri sendiri
dengan cirri-ciri itu dapatlah kita menggolongkan ayat-ayat itunke dalam golongan
Makkiyah atau ke dalam Madaniyah.
Memang perlulah kita memperhatikan seluruh surat dan seluruh ayat
untuk mengetahui Makkiyah atau Madaniyah dengan memperhatikan cirri-ciri khas
dari ayat-ayat itu.
Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah adalah suatu hal yang harus di
perhatikan benar-benar. Untuk dapat menentukan marhalah-marhalah Islamiyah dan
mengetahui langkah-langkah yang beransur-ansur di tempuh oleh Al-Qur’an dan
dapat pula kita mengetahui persesuaiannya ayat-ayat itu dengan lingkungan
Makkiyah dab Madaniyahserta dapat pula kita mengetahui uslub-uslub Makkiyah dan
Madaniyah dalam mengahadapi orang mukmin , orang Musyrikin dan Ahli kitab.
Seorang mufasir haruslah ,mengetahui ayat-ayat yang turun di Mekkah
mengenai penduduk Madinah dan ayat-ayat yang turun di Madinah mengenai penduduk
Mekkah. Kemudian ayat-ayat yang turun di Al Juhyah (sebuah koya kecil lebih
kurag 4 marhalah dari Mekkah) ayat-ayat yang turun di Baitul Maqdis, yang turun
di dha’if, dan Hudaibiyah dan yang turun di malam hari, yang turun di siang
hari, yang turun dengan di antar oleh srjumlah malaikat. Dan harus pula di ketahui
ayat-ayat Makkiyah yang terdapat dalam surat-surat Madaniyah dan ayat-ayat
Madaniyah yang terdapat dalam surat Makkiyah. Demikian pula ayat-ayat yang di
bawa dari Mekkah ke Madinah dan dari Madinah ke Makkah, dan dari Madinah ke
Habsyah , yang turun secara mujmal , yang di turunkan secara marmuz (secara
isyarat). Kemudian yang di perselisihkan karena ada yang mengatakan Makky dan
ada yang mengatakan Madany. Semua itu ada 25 macam. Orang yang mengetahuinya
dan tidak dapat membedakannya yang satu dengan yang lain, tidak boleh
menafsirkan Al-Qur’an. Demikian di terangkan oleh Al-Zarkasyi dalam kitab Al-Burham.
Dengan pemeriksaan yang mendalam para ulama dapat membedakan antara
ayat-ayat yang mirip dengan ayat-ayat yang turun di Madinah yang terdapat dalam
surat Makkiyah dan ayat-ayat yang mirip dengan ayat-ayat Makkiyah, yang
terdapat dalam surat Madaniyah.
Maka tidak harus kita menganggapnya, ayat Madaniyah walaupun ayat
itu mirip dengan ayat Madaniyah. Yang turun di Madinah, maka janganlah kita
mengatakan ayat makkiyah, walaupun ayat itu mirip dengan ayat yang turun di Mekkah. Dan kadang-kadang
ada kemiripan antara ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah, menyebabkan
pebahas-pembahas yang terlalu cepat bertindak tidak lagi memperhatikan
fase-fase yang penting dalam sejarah dakwah Islamiyah. Tetapi ulama-ulama yang
kepercayaan telah menjelaskan yang demikian itu dengan sempurna. Oleh karena
itu maka tiap-tiap lafal ada maknanya.
Kita berpendapat, sesudah kita memperhatikan bagaimana ketanya
ulama-ulama kita dalam menyelidiki ayat-ayat Mekkah dan ayat-ayat Madinah, bawa
riwatay-riwayat yang shahih itulah satu-satunya jalan dalam menertibkan
surat-surat Al-Qur’an dari masa ke masa, sedang riwayat-riwayat itu pula di
sampaikan oleh para sahabat yang mendengar sendiri, atau oleh tabi’in yang mendengar sendiri dari
sahabat.
Rasul sendiri tidak menerangkan apa-apa tentang hal itu, karena
yang demikian itu, tidaklah merupakan tugas Rasul dan tidak pula merupakan ilmu
yang wajib di ketahui oleh semua umat.
Kita tidak dapat meragui, bahwa kebanyakan sahabat mengetahui
dengan sempurna mana yang Makkiyah dan mana yang Madaniyah yang memungkinkan
mereka meneliti secara keseluruhan, yang
mana hasil-hasil penelitian mereka terdapat dalam kitab-kitab tafsir bil-matsur
dan kitab-kitab ulumul Qur’an.
Kita dapat menetapkan, bahwasannya para sahabat mempunyai ilmu yang
luas dalam bidang ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
Ilmu
al Makki wa al Madani di definisikan sebagai ilmu yang membahas
klasifikasi surat-surat dan ayat-ayat yang di turunkan di Makkah dan Madinah.
2.
Makkiyah
adalah ayat/surat yang turunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun
turunya di luar Makah Sedangkan Madaniyah
adalah surat atau ayat yang di turunkan sesudah Nabi Hijrah, meskipun turunnya
di Mekkah
3.
Ciri-ciri
khas yang membedakan antara surat madaniyah dan Makkiyah ada yang bersifat
qath’I dan ada yang bersifat aghlabi
4.
Perbedaan
Makkiyah dan Madaniyah di lihat dari tiga macam pandangan di lihat dari segi
turunnya, segi tempat turunnya, segi sasarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhdi,Masjfuk.
1997. Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: CV. KARYA ABDITAMA
Ash
Shiddieqy,Teuku Muhammad Hasby. 2002. Ilmu-ilmu Al Qur’an, Semarang: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA
Muhammad, Ismail. 2002. Prinsip-prinsip Pemahaman Qur’an dan
Hadits. Jakarta: KHAIRUL
BAYAN
Syekh Manna, Al-Qaththani. 2008. Pengantar Study Ilmu Qur’an. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR
Manna’ Khalil, Al-Qattan. 2010. Study Ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta:
PT.PUSTAKA LITERA ANTARNUSA
[1]
Drs. H. Masjfuk Zuhdi.1997. Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya: KARYA
ABDITAMA hal 64
[2]
Muhammad Ismail. 2002. Prinsip-prinsip Pemahaman Qur’an dan Hadits. Jakarta:
KHAIRUL BAYAN 103-105
[3]
Drs. H. Masjfuk Zuhdi.1997. Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya: KARYA
ABDITAMA hal 71-73
[4]
Manna Khalil Al-Qattan. 2008. Pengantar Study Ilmu Qur’an. Jakarta:
PUSTAKA AL-KAUTSAR hal 81-82
[5]
Syaikh Manna’ Al-Qaththan. 2008. Pengantar Study Ilmu Qur’an. Jakarta:
PUSTAKA AL-KAUTSAR hal 73-75
Tidak ada komentar:
Posting Komentar