BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan instruksional, jenis dan prosedur
kegiatannya, membutuhkan rangkaian pemikiran yang cermat. Rangkaian pemikiran
yang cermat itu, diperlukan agar jenis dan prosedur kegiatan yang dipilih dan
ditetapkan nantinya mempunyai nilai fungsional yang tinggi sebagai alat untuk
pencapaian tujuan. Terlebih lagi, faktor-faktor yang ikut terlibatkan dalam
kegiatan pembelajaran sangat beranekaragam, maka kecermatan itu diperlukan,
agar koherensi hubungan antar faktor tersebut, dapat sinergis dalam pencapaian
tujuan. Kegiatan guru yang berkenaan dengan penelusuran, pemilihan jenis dan
prosedur kegiatan serta lain-lain pendukung kegiatan pembelajaran tersebut,
lazimnya disebut kegiatan pemilihan strategi pembelajaran.
Strategi
pembelajaran secara substansial berwujud jenis dan prosedur kegiatan serta
lain-lain yang merupakan implikasi dari jenis dan prosedur yang menyertainya.
Namun, makna strategi tidak diletakkan pada jenis dan prosedur kegiatan itu
sendiri, tetapi ada pada nilai strategis- fungsional, berkenaan dengan
fungsinya sebagai alat dan wahana pencapaian tujuan pembelajaran. Nilai
strategis-fungsional yang dimaksud, diukur atas dasar kadar keefektifan dan
keefisiensinya sebagai alat untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Jenis dan
prosedur kegiatan yang tidak bernilai strategis-fungsional untuk tercapainya
tujuan, maka jenis dan prosedur kegiatan tersebut tidak bermakna strategi.
Berkenaan
dengan hal strategi pembelajaran, teks dalam tulisan ini berisi paparan tentang
jenis dan prosedur kegiatan pembelajaran yang bernilai fungsional-strategis
sebagai alat untuk pencapaian tujuan instruksional. Lingkup paparan diawali
dari penglihatan secara rinci realita substansial kegiatan-kegiatan serta
unsur-unsur yang di bangun dalam proses pembelajaran. Kupasan konseptual
tentang hakekat strategi dan keterkaitannya dengan komponen lainnya diuraikan
secara cermat untuk memudahkan pemahaman pembaca. Paparan dilanjutkan ke kajian
tentang prinsip-prinsip dan pendekatan pembelajaran yang menjadi landasan
asumsi dan paradigma dasar proses pembelajaran. Pola dan model-model bangunan
proses pembelajaran dipaparkan di kajian berikutnya untuk acuan dalam
penelusuran pola dan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Paparan berikutnya berturut-turutberisi
sajian tentang jenis dan prosedur penggunaan metode-metode pembelajaran.
Teks paparan
tentang strategi pembelajaran ini, diperuntukan mahasiswa calon guru dan
guru-guru. Namun demikian, siapapun yang berkeinginan untuk mendalami persoalan
strategi pembelajaran, dapat pula mengaji dari teks ini. Utama sekali, teks ini
dipersiapkan sebagai bahan ajar peserta akta mengajar. Bagi peserta akta mengajar
buku ini sangat membantudalam memahami strategi mengajar, mengingat paparannya
disusun secara sistematis dengan uraiannya bersifat rinci. Semoga bernilai dan
bermanfaat.
B.
Raumusan Masalah.
1.
Kriteri memilih strategi pembelajaran
2.
Strategi Pembelajaran Agama
Sebagai Kompetensi Komponen Sistem Pembelajara
3.
Strategi Pembelajaran Pendidikan Islam
4.
Teknik Pembelajaran
5.
Pentingnya Memilihan Dan Penentuan Metode Pembelajaran
C.
Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini agar kita bisa mengetahui dan memahami
terhadap strategi pembelajaran pendidikan agama islam.
BAB II
PEMBAHASA
A.
KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan
yang dapat digunakan dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat
tercapai. Orentasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah pada tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis
materi, karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses
belajar tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang
dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai
tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat
digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
A.
Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik,
misalnya menyusun bagan analisis pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang
paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau praktek langsung.
Gerlach dan Ely
(1990) menyebutkan Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih
baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu
strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian,
pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah berorentasi pada
tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai.[1]
2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan
yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia
kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram
data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin
digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah (problem
solving)
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan
rangsangan pada indera peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang
bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis, misalnya
menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru menggunakan OHP
dari pada berceramah, karena penggunaan OHP Memungkinkan peserta didik
sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru.
Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat
dilakukan dengan memperhatikan pertannyaan-pertannyaan dibawah ini:
1.
Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal
(serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?
2.
Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara
individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
3.
Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan
jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4.
Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara
guru dan siswa?
|
|
|
Pola Umum Pemilihan Strategi Pembelajaran.
Dijalakan bahwa kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya
di landasi prinsip efisiensi dan efiktifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran
dan tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu, pengajar haruslah berpikir.
Strategi pembelajaran manakah yang paling efektif dan efisien dapat membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan? Pemilih strategi
pembelajaran yang tepat di arahkan peserta didik dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran secara optmal.
Secara umum strategi pembelajaran terdiri dari 5 komponen yang
saling berinteraksi denan karakter fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran,
yaitu:
1.
kegiatan pembelajar pendahuluan.
2.
Penyampaian inforasi.
3.
Partisipasi peserta didik.
4.
Tes, dan
5.
Kegiatan lanjutan.
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya di tentukan berdasarkan
kriteria berikut:
1.
orientasi strategi padaa tugas pembelajaran.
2.
Relevan dengan isi/ materi
pembelajaran,
3.
Metode da teknik yang digunakan difokuskapada tujuan yang ingin
dicapai, dan
4.
Media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra peserta
didik secara simultan.
1.Efisiensi
yaitu Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan
metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar insekta
(serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar
binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis
binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan
diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya
para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu
diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka
dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi
ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian
tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan
strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal.
Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis
binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah
yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan
sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh.
Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat
kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan
menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies
tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan
mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang
serangga.
Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang
sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih
lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau prinsip yang
berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. Kelak kemampuan ini akan
sangat berguna bagi masa depannya.
2.Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan
seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu
diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi
strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan
akhir tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan
menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang
dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan
suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu
efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih
besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain,
maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.
3. Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat
memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi
pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan
pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active
Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil
apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung
dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey,
1978, hal 108). [2]
Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi
peserta didik, yaitu:
a.
Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik
diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu.
Agar materi tersebut dapat terinternalisasi (relatif mantap dan termantapkan
dalam diri mereka), maka kegiatan selanjut nya adalah hendaknya peserta didik
diberi kesempatan untuk berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau
ketrampilan tersebut.
b.
Umpan Balik
Segera
setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya,
maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut.
Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera
mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu
benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
B.
STRATEGI PEMBELAJARAN AGAMA
SEBAGAI KOMPETENSI KOMPONEN SISTEM PEMBELAJARA
Kegiatan pembelajaran pendidikan agama sebagai proses merupakan
suatu sistem yang tidak bisa terlepas dari komponen-komponen lainnya. Salah
satu komponen dari proses tersebut adalah strategi pembelajaran . strategi
pembelajaran pendidikan agama adalah satu strategi yang menjelaskan tentang
komponen=komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran penndidikan agama dan
prosedur yang akan digunakan bersam dengan bahan-bahan tersebut untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang lebih tepat secara efektif dan efisien.
Komponen-komponen umum deri set bahan pembelajara pendidikan agama adalah:
a)
Kegiatan pendahuluan
b)
Kegiatan penyajian, dan
c)
Penutup
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kegiatan pebelajaran pendidikan agama di katakan sebagai suatu
sistem karena kegiatan pembelajaran tersebut memiliki komponen-komponen sistem
yang secara bersama befungsi untuk mencapai satu tujuan yakni tujuan
pembelajaran pendidikan agama. Kompone-komponen sistem pembelajaran pendidikan
agama di antaranya meliputi pengajar (guru) agama, siswa, tujuan pembelajaran,
bahan ajar, strategi pembelajaran, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Dengan
demikian strategi pembelajaran pendidikan agama adalah sebagai komponen sistem
dari berbagai kegiatan pembelajaran pendidikan agama, dan kegiata pembelajaran
adalah sebagai sistem dari suprasistem pengelolaan program pendidikan.
Selanjutnya konsep sistem tersebut berkembang menjadi beberapa
termenologi yaitu:
a)
Pandangan sistem
b)
Pendekatan sistem
c)
Analisis sistem
d)
Sintesa sistem
Dengan demikian dapat dikataakan bahwa program pendidikan agama
adalah merupakan suprasistem dan kegiatan pembelajara pandidikan agama adalah
suatu sistem. Mengingat bentuk kegiatan pembelajaran beraneka ragam bentuknya
maka setiap pengajar seharusnya menentukan peran dirinya sendiri dan peran para
siswanya. Peran yang diambil dapat berupa:
a)
Berperan sebagai fasilitator dan siswa belajar secara mandiri
b)
Berperan sebagai sumber nelajar tunggal dan kegiatan belajar siswa
tergantung padanya, dan
c)
Berperan sebagai penyaji bahan ajar yang dipilihnya atau yang
dikembakannya.
Oleh sebab itu, setiap bentuk kegiatan pembelajaran di atas
membutuhkan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang berbeda beda.[3]
C.
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pentingnya strategi pembelajaran pendidikan islam
Dalam penerapannya pendidikan islam menghadapi tantangan antara
lain dalam bentuk kendala penguasaannya ternatasnya fasilitas, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) perkembangan keperibadian siswa dari hari
krhari selama belajar, perubahan dan perkembangan masyarakat yang cepat.
Pengaruh danterjadinya pergeseran nilai-nilai hidup dalam masyarakat luas dan
cita-cita atau kemauan hidup yang lebih sjahtera dari umat manusia. Namun dalam
suasana semacam itu para muslimtelah memiliki keyakinan bahwa islam adalah
ajaran Allah yang mengandung nilai-nilai tertinggi dan mutlaq kebenarannya.
Tugas pendidikan dalam usaha mencapai cita-cita tersebut bukanlah
pekerjaan yang mudah dan ringan karena perkembangan dan perubahan dari manusia
dan masyarakatnya sa’at ini sangat cepat
sebagai akibat pesatnya kemampuan berpikir manusia. Kemampuan manusia
dalam iptek yang di manfaatkan dalam pengembangan industri telah mengubah pola
hidup, nilai-nilai yang di anut dan hubungan antar manusia.[4]
Strategi pendidikan islam mengandung pengertian rangkaian perilaku
pendidik yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan,
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai islam agar dapat
membentuk keperibadian muslim seutuhnya. Sebagaimana dipahami bahwa islam
adalah satu ajaran atau pentunjuk hidup yang baik dan benar dari Allah untuk
manusia yang di sampaikan oleh Rosulullah SAW. Dalam ajaran tersebut terkandung
nilai-nilai yang mutlak kebenarannya yang sangat dibutuhkan manusia dalam
mewujudkan kesejahteraan bersama.hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat
ali Imran ayat 19:
“Sesungguhnya agama yang diridhoi pada sisi Allah ialah islam.
Demikian dalam sapda nabi:
“Aku tinggalkan dua pusaka, yang apabila kamu ikuti petunjuknya
kamu tidak akan tersesat. Dua pusaka itu adalah Al-Qur’an dan Sunnahku.
D.
PENDEKATAN PENDIDIKAN ISLAM
1.
Pendekatan Filsafat Islam
Pendekatan ini menekankan pada keyakinan, bahwa islam adalah wahyu
Allah yang maha kuasa, sehingga kita tidak perlu meragukan dan yakin bahwa
segala isi wahyu tersebut mengandung kebenaran yang mutlak.
2.
Pendekatan Sosiologi.
Sebagaimana di kemukakan di atas pendidikan islam sebagai
pengendali atau pengarah perilaku menusia terhadap tuntutan perubahan sosial,
dimana iman dan takwa menjadi landasan dalam penerapan atau pengamalannya dalam
masyarakat.
3.
Pendekatan Pedagogis.
Pendidikan islam sebagai kegiatan yang merupakan interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dalam ranka usaha pembentukan usaha manusia yang
berahlak mulia. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan
komonikasi antar manusia yaitu rangkaian kegiatan pengaruh-mempengaruhi.
4.
Pendekatan sistem
Cara pandang pendidikan islam berdasarkan sistem dapat di gambarkan
sebagai proses belajar-mengajar yang dipengaruhi masyarakat islam untuk
menghasilkan lulusan yang mampu berperan dalam kehidupannya untuk mempengeruhi
dan mengembangkan kehidupan orang islam dalam lingkup kehidupan bangsa.
E.
STRATEGI PEMBELAJARAN MENURUT KONSEP ISLAM
Strategi pembelajaran menurut konsep islami, pada dasarnya adalah
sebagai berikut:
1.
Proses pembelajaran dilandasi dengan kewajiban yang di kaitkan
dengan niat karena allah.
Niat artinya menyengaja sesuatu serentak dengan mengerjakannya.
Tempat dan perilaku niat itu adalah hati, namun sunnah menertainya dengan ucapan
lisan untuk membantu pernyataan sengaja yang di dalam itu.(lamuddin Nasution,
1999)
Niat amat berperan dalam memberikan makna dan hukum bagi
pelaksanaan suatu amal atau perbuatan. Ia adalah faktor penentu bagi menetapkan
sesuatu perbuatan baik, apakah perbuatan tersebut termasuk ibadah atau tidak.
Sebagaimana sabda rosulullah SAW yang artinya:
‘Segala perbuatan akan sah menurut niatnya. Dan bagi setiap orang
akan mendapatkan apa yang ia niatkan.
2.
Konsep pembelajaran dilandasi dengan niat ibadah.
Dalam ensiklopedi islam yang diterbitkan oleh DEPAG RI terdapat
penjelasan bahwa secara lughawi, ibadah berarti mematuhi.’tunduk’ dan berdoa,
sedangkan pengertian ibadah secara istilah adalah kepatuhan/ ketundukan kepada
zat yang maha kuasa. Dalam pengertian khusus ibadah adalah segala perbuatan
yang semua ketentuanya telah ditetapkan dalam al-qur’an dan sunnah nabi, serta
tidak menerima perubahan, penambahan ataupun pengurangan.
Landasan ibadah dalam proses pembelajaran merupakan amal soleh,
karena melalui peribadahan banyak hal yang akan diperoleh oleh seorang muslim
(guru dan murid) yang kepentingannya bukan hanya mencakup indifidual, melainkan
bersifat luas dan universal serta tidak membuat dikotomi ilmu umum dan agama,
akan tetapi semua ilmu pengetahuan berasal dan harus sesuai dengan nilai
uluhiyah.
3.
Didalam proses pembelajaran harus saling memahami posisi guru
sebagai guru dan murid sebagai murid
Pendidik hakikatnya adalah bapak rohani (spiritual father) bagi
anak didiknya, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak
mulia,sekaligus meluruskannya. Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan
tinggi sebagaimana yang dilukiskan dalam hadis nabi SAW. Tinta seorang ilmuan
(ulama) lebih berharga ketimbang dengan derajat para syuhada”. Bahkan islam
meetapkan pendidik setingkat dengan derajat para rosul.[5]
Dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi, agar
siswa dapat belajar secara efektf dan efisien, mengena padatujuan yang di
harapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu harus menguasai
teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode pembelajaran. Beberapa teknik
pembelajaran adalah:
1)
TEKNIK DISKUSI
Teknik diskusi adalah salah satu teknik teknik belajar mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Didlam diskusi ini proses
interaksi antara atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif
tidak ada yang fasif atau sebagai pendengansetia saja.
2)
KERJA KELOMPOK
Teknik ini adalah salah satu strategi belajar mengajar. Ialah suatu
cara mengaja, dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai suatu kelomok atau di
bagi menjadi beberaa kelompok. Setiap koelomok terdiri dari lima atau enam
siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas
tertentu, dan berusaha mencaai tujuan pengajaran yan telah di tentukan oleh
guru.
3)
PENEMUAN (DISCOVERY)
Teknik penemuan yang menurut sund discovery adalah proses mental
dimana siswa mampu mengisimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang di maksud
proses mental tersebut antara lain adalah: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya.
4)
SIMULASI
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang
yang di maksud, dengan tujuan agar orang itu daat mempelajari lebih mendalam
tentang bagaimana oran merasa dan berbuat sesuatu.jadi siswa itu berlatih
memegang peran sebagai orang lain. Simulasi mempunyai berbagai macam bentuk
pelaksanaan ialah: peer-teaching, sociodrama, psikodrama, simulasi game, dan
role playing.
5)
UNIT TECHING
Teknik ini meberi kesempatan siswa untuk belajar aktif dan guru
dapat mengenal dan menguasai cara belajar secara unit. Jika tidak ada guru maka
pengajaran dapat diatasi dengan adanya pengajaran unit, atau pengajaran proyek,
atau disebut pula unit saja.
6)
MICRO TEACHING
Salah satu usaha perbaikan dalam bidang praktek kependidikan yaitu
dalam cara dan hasil kerja kita sebagai guru, dimana nenerlukan pengetahuan,
keterampilan serta sikap tertentu untuk menjadi guru profisional yang berbeda
dengan profesi lain, dengan jalan melaksanakan micri teacihing.
7)
SUMBANG SARAN
Brain storming” berpendapat bahwa Teknik Sumbang Saran adalah suatu
teknik atau cara mengajar yan dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah
dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab
masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.
8)
INGKUIRY
Inquiry adalah istilah dalam bahasa ingris: ini merupakan suatu
teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di kelas. Adapun
pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas untuk meneliti sesuatu
masalah kekelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing
kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka
mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil
kerja mereka didalam kelompok di diskusikan, kemudian di buat laporan yang
tersusun dengan baik.
9)
EKSPERIMEN
Teknik ini adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan
sesuatu percobaan tentang suatu hal: kemudian hasi pengamatan itu dasampaikan
di kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar
siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
persoalan-persoalan yang di hadapainya dengan mengadakan percobaan sendiri.
10)
DEMONTRASI
Teknik lain yang hampir sama dengan eksperimen ialah demontrasi,
tetapi siswa tidak melakukan percobaan; hanya melihat saja apa yang di kerjakan
oleh guru. Jadi demontrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau
guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebuas air sampai
mendidih 100 0C, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat,
mengamati; mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang
dipertunjukkan oleh guru tersebut.
G.
PEMILIHAN DAN PENENTUAN METODE PEMBELAJARAN
Titik sentral
yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya
tujuan pengajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien,
antara guru dan anak didik harus beraktivitas. Anak didik harus memiliki
kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan hanya menunggu perintah guru. Dan
gurupun harus mengajar dengan giat dan semangat tidak boleh dengan kemalasan.
Guru adalah
salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan yang kreatif bagi
kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satunya adalah melakukan pemilihan
dan pemenuhan metode tertentu yang sesuai dengan tujuan yang akan di capai.
Misalnya tujuan pengajaran agar anaak didik bisa menuliskan angka 1s/d 50 maka
metode yang sesuai adalah metode latihan, tidak tepat bila guru hanya memakai
metode ceramah saja ataupun diskusi, demonstrasi dan lainnya. Jadi dalam proses
belajar mengajar guru penting /harus harus melakukan pemilihan dan penentuan
metode mengajar dengan mengenal krakteristik (kelebihan dan kekurangan)
masing-masing metode pengajaran.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Strategi
pembelajaran adalah cara- cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.
Dick dan Carey
(1978) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu (1)
kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi
peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan.
Pemilihan
strategi pembelajaan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus
berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan pembelajaran pendidikan agama sebagai proses merupakan
suatu sistem yang tidak bisa terlepas dari komponen-komponen lainnya. Salah
satu komponen dari proses tersebut adalah strategi pembelajaran
Strategi pendidikan islam mengandung pengertian rangkaian perilaku
pendidik yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan,
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai islam agar dapat
membentuk keperibadian muslim seutuhnya. Sebagaimana dipahami bahwa islam
adalah satu ajaran atau pentunjuk hidup yang baik dan benar dari Allah untuk
manusia yang di sampaikan oleh Rosulullah SAW.
Pendekatan ini menekankan pada keyakinan, bahwa islam adalah wahyu
Allah yang maha kuasa, sehingga kita tidak perlu meragukan dan yakin bahwa
segala isi wahyu tersebut mengandung kebenaran yang mutlak.
Dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi, agar
siswa dapat belajar secara efektf dan efisien, mengena padatujuan yang di
harapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu harus menguasai
teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Satya Wacana, Mecro Teaching Yang Dipraktekkan,
Salatiga, 1997.
Winarno Surachmad Msc. Ed. Prof. Dr., Dasar Dan Teknik Interaksi
Mengajar Dan Belajar, Seri Pembaharuan, Penerbitan Terseto, Bandung,1973.
Muhaimin. Sjahminan Z. 1991. Belajar Sebagai Sarana Pengembangan
Fitrah Manusia. Jakarta. Kalam Mulia
Abdul Ghofir. 1987. Proses Belajar Mengajar: Serial Metodologi
Pendidikan Agama. Diklat Kuliah Fak. Tarbiyah. Malang: IAIN Sunan Ampel.
H, Muziyyin Ariffin, 1991, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tujuan
Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Penerbit. Bumi
Aksara, Bandung.
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2005
[1] Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. Model Pembelajaran, Hal 7
[2] Ibid. 7
[3] Drs. Muhaimin, MA. :Strategi Belajar Mengajar Hal 103
[4] Drs. Muhaimin, M.A: Dasar-Dasar Kependidikan Islam
[5] Prof PUPUH FATHUROHMAN. Srategi Belajar Mengajar Hal 127.
[6] Drs. Roestiyah, K.K. Strategi Belajar Mengjar. Hal 5.
[7] Anissatul Mufarokah, M. Pd,I: Strategi Belajar Mengajar Hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar